Bali– News FHH,
Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi menegaskan pentingnya peran parlemen dalam menjaga perdamaian dan stabilitas global saat membuka Indonesia – Africa Parliamentary Forum (IAPF) pertama di Nusa Dua, Bali, pada Minggu (1/9).
Dalam pidatonya di hadapan Ketua Parlemen Indonesia dan negara-negara Afrika, Retno menekankan bahwa meskipun Indonesia dan Afrika terpisah secara geografis, nilai solidaritas dan kesetaraan yang diwariskan dari Semangat Bandung Konferensi Asia-Afrika 1955 tetap menjadi pengikat erat kedua belah pihak.
“Meskipun kita terpisah secara geografis, kesamaan nilai-nilai solidaritas dan kesetaraan yang berakar dari Semangat Bandung Konferensi Asia-Afrika tahun 1955 terus menyatukan kita,” ujar Menlu Retno.
Menlu Retno juga menyampaikan komitmen Indonesia untuk terus mempererat hubungan dengan negara-negara Afrika melalui kerja sama praktis yang bermanfaat bagi masyarakat kedua belah pihak. Di tengah kondisi global yang kian tidak menentu, termasuk ketidakpastian ekonomi, ketegangan geopolitik, serta dampak perubahan iklim, Retno menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antar-parlemen.
Menurutnya, kolaborasi ini memungkinkan parlemen berbagi pengalaman dan praktik terbaik dalam menemukan solusi bersama. “Parlemen bukan hanya berfungsi sebagai pembuat undang-undang, tapi juga harus bisa menjadi jembatan antara aspirasi masyarakat dan kebijakan publik,” tegas Retno.
Dalam sambutannya, Menlu Retno juga menyoroti tiga peran penting parlemen dalam menghadapi tantangan global. Pertama, parlemen harus aktif dalam menjaga perdamaian dan stabilitas, yang menurutnya merupakan prasyarat utama bagi pembangunan.
Menyoroti konteks Palestina, ia menyerukan peran parlemen dalam memobilisasi tekanan internasional, mendukung bantuan kemanusiaan, serta mendorong solusi dua negara. “Kita harus terus perjuangkan keadilan dan kemanusiaan bagi rakyat Palestina,” tambahnya.
Kedua, Retno menekankan pentingnya memperluas kerja sama di bidang kesehatan, ketahanan pangan, perdagangan, investasi, energi, dan pertambangan. Menurutnya, potensi kolaborasi di sektor-sektor ini sangat besar dan harus dimaksimalkan untuk kepentingan bersama.
Ketiga, Retno menegaskan perlunya memajukan solidaritas Global South dalam mendorong agenda pembangunan dan kebijakan global yang mencerminkan kebutuhan negara-negara berkembang. Ia menekankan bahwa kolaborasi Utara-Selatan juga diperlukan untuk mencapai visi ini, yang selaras dengan Semangat Bandung 1955.
Menutup sambutannya, Menlu Retno mengajak seluruh peserta IAPF untuk memanfaatkan kemitraan parlementer yang kuat guna mencapai tujuan bersama berupa perdamaian, keamanan, dan kesejahteraan bagi semua.
IAPF 2024 dihadiri oleh 43 Ketua dan Anggota Parlemen dari 15 negara Afrika, dan berlangsung dari 31 Agustus hingga 2 September 2024. Forum ini merupakan pertemuan bersejarah yang dilakukan bersamaan dengan Indonesia – Africa Forum (IAF) ke-2 serta High Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships (HLF-MSP). Dengan tema “Forging Indonesia – Africa Parliamentary Partnership for Development”, IAPF diharapkan mampu memperkuat kerja sama antara Indonesia dan negara-negara Afrika dalam berbagai bidang strategis.
( Hendra )