Barabai – News FHH,
Komunitas GUSDURian Barabai mengadakan kegiatan 17-an Forum Demokrasi yang kali ini difokuskan pada isu lingkungan dan tambang. Acara ini menampilkan beberapa pemantik diskusi, yaitu Tahdianor (Dosen UNU Kalsel), Novie Ahdiyat (Pegiat Lingkungan), dan Fahriansyah atau yang lebih dikenal sebagai Kang Fahri24 (Koordinator GUSDURian Barabai). Diskusi tersebut dimoderatori oleh Alfidah, penggerak GUSDURian Barabai.
Sabtu ( 20 /07 )
Fahri, yang juga merupakan koordinator GUSDURian Barabai, menekankan pentingnya menjaga hutan Meratus di Barabai Hulu Sungai Tengah yang masih perawan. “Jika tidak kita jaga bersama, ancaman bencana longsor, banjir, dan pencemaran lingkungan akan dirasakan tidak hanya oleh warga HST tetapi juga warga Kalsel pada umumnya,” katanya.
Fahri menambahkan bahwa komunitas GUSDURian meneruskan perjuangan Gus Dur, terutama dalam memperjuangkan keadilan ekologis dan pengelolaan sumber daya alam yang berkeadilan. “Gus Dur adalah pelindung para aktivis lingkungan pada masanya. Keadilan ekologis selaras dengan keadilan sosial. Keadilan sosial tidak mungkin terwujud di atas lingkungan hidup yang rusak. Hubungan antara manusia dan alam layaknya sebuah metabolisme,” jelas Fahri, menutup dengan semboyan “Selamatkan Meratus selamatkan kehidupan #SaveMeratus.”
Tahdianor, dosen UNU Kalsel, membahas tantangan formal dalam kewenangan pemerintah terkait izin usaha tambang, serta aspek filosofis dan keagamaan dalam menjaga lingkungan. “Semua agama mengajarkan pentingnya menjaga lingkungan. Kerusakan alam akan berdampak buruk bagi manusia. Agama sebagai sumber nilai dapat mengubah alam menjadi sumber kehidupan yang positif maupun negatif,” ujarnya.
Novie Ahdiyat, seorang pegiat lingkungan, menekankan pentingnya peran generasi muda, baik Generasi Milenial maupun Generasi Z, dalam menjaga lingkungan. “Kita harus terus mensosialisasikan pentingnya menjaga lingkungan kepada generasi muda agar bisa kita jaga bersama-sama,” tutupnya.
( Hendra )